Minggu, 16 Februari 2020

Sejarah Sultan Hadlirin dan Peristiwa Geger Kalinyamat


Sosok Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat memang tak asing bagi rakyat Jepara. Nah sekarang tahukah anda siapa Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat ? pertanyaan ini memang terdengar agak lucu tapi jika anda merasa orang jepara tapi tak tahu sejarahnya mungkin terdengar sangat lucu dan aneh ! nah berikut sejarahnya.
Sultan Hadlirin adalah gelar dari Kerajaan Demak kepada Sultan Kerajaan Kalinyamat yang bernama Toyib. Beliau di beri gelar Sultan Hadlirin karena beliau adalah pendatang yang hadir ke Jepara untuk menyebarkan Agama Islam. Sultan Hadliri mempunyai Istri yang berasal dari Kearajaan Demak yaitu Putri Sultan Trenggono yang bernama Retna Kencana yang mempunyai gelar Ratu Kalinyamat.
Nama dan Gelar 
Pangeran Toyib memiliki beberapa nama dan gelar, yaitu
1- Sunan Hadiri, yang artinya Ulama Pendatang (Gelar Keagaman); Karena menjadi penyebar agama Islam di Jepara.
2- Sultan Hadlirin, yang artinya Raja Pendatang (Gelar Kesultanan); Karena menjadi sultan pertama di Jepara.
3- Pangeran Kalinyamat, (Gelar Tokoh Masyarakat); Karena sebagai pendiri Kota Kalinyamat.
Sejarah dan Asal Usul Sultan Hadlirin
Sebenarnya Sultan Hadlirin bukan asli orang Jepara melainkan orang aceh.semasa kecilnya sultan Hadlirin bernama Raden Toyib. Beliau merupakan putra dari raja yang berkuasa di wilayah aceh yang bernama Syech Mukhayyat Syah. Raden Toyib memilki kakak bernama Raden Takyim. Perbedaan yang mencolok dari Raden Takyim dan Toyib adalah Raden Takyim suka berfoya-foya, malas serta bermewah-mewahan sedangkan raden Toyib lebih memilih mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tata pemerintahan.
Setelah Syech Mukhayyat syah merasa dirinya telah uzur dan lanjut usia beliau bermaksud mengankat Raden Toyib sebagai seorang sultan, karena kecakapannya dan ketekunananya mempelajari ilmu-ilmu pemerintahan meskipun yang lebih berhak menjadi sultan adalah kakaknya Raden Takyim.
Karena pengangkatan raden Toyib sebagai sultan menimbulkan konflik baru, maka ketika mengetahui masalah tersebut raden Toyib dengan suka rela menyerahkan tahtanya kepada raden Takyim, karena sebenarnya Raden Toyib tidak mementingkan jabatan seorang sultan hanya saja atas desakan ayahandanya beliau mau menerima jabatan itu.
Begitulah akhirnya raden Toyib pergi mengembara dengan bantuan kapal para pedagang ia berhasil keluar dan mengarungi lautan luas tanpa tujuan yang pasti, kecuali satu niat untuk menegmbangkan agama islam.
Konon beliau terdampar di daratan Tiongkok. Bahkan kebetulan sekali raden Toyib diangkat anak oleh seorang patih Tionghoa yang bernama Cie Wie Gwan. Karena loghatnya orang cina dibut namanya dengan Toyab.
Singkat cerita setelah 5 tahun tinggal di di rumah patih Cie Wie Gwan, Raden Toyib mengembara lagi. Akhirnya beliau terdampar di pelabuhan pesisir pantai utara yang bernama Bandar Jepara. Saat itu Bandar Jepara merupakan pelabuhan perdagangan yang sudah ramai. Sebab ia merupakan salah satu dari delapan buah kerajaan yang merdeka di Jawa dan Madura. Masing-masing Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura dan Kalinyamat.sehinnga Bandar jepara merupakan garis pelayaran dan perdagangan negeri malaka.
Konon untuk menyebarkan agama islam beliau menyamar dengan memakai pakaian ala kadarnya. Karena keramahannya dalam menyiarkan agama islam banyak orang tanpa terasa telah berubah keyakinannya dari agama Hindu Budha beralih kepada ke taukhid Islam yang bawa Raden Toyib.
Beberapa lamanya tinggal di Jepara tiba-tiba tanpa suatu alasan yang pasti Raden Toyib ingin mengbdikan dirinya ke kerajaan Kalinyamat yang menguasai Jepara saat itu. Setibanya di kraton kepada penjaga istana dengan terus terang Raden Toyib menyampaikan maksudnya ingin menghadap kanjeng Ratu kalinyamat. Permintaan tersebut di kabulkan dan akhirnya kanjeng Ratu Kalinyamat memberi pekerjaan sebagai tukang kebon.
Pada suatu hari kanjeng ratu berkenan memeriksa kerajaannya. Tiba-tiba hati kanjeng Ratu berdebar-debar beliau merasa raden Toyib bukan manusia biasa. Kangjeng Ratu langsung menyai asal-usulnya, Raden Toyib tidak mau mengaku ia langsung di masukkan ke dalam penjara. Entah mengapa Raden toyib mau menceritakan asal usulnya kepada kanjeng ratu. Hati kanjeng ratu menjadi berdebar-debar untuk kedua kalinya, kanjeng ingat ramalan mendiang ayahnya tentang jodohnya yang bukan bersal dari kalangan mayrakat pribumi Jawa melainkan negeri seberang.
Karena Raden Toyib adalah seorang anak muda yang gagah perkasa tampan rupawan, hati Ratu kalinyamat tak karuan hati wanita mana yang tak menolak raden Toyib. Ia merasa bukan mustahil Raden Toyib adalah jodohnya. Hingga akhirnya Ratu kalinyamat meminta Raden Toyib untuk menikahinya. Setelah menikah Ratu Kainyamat menyerahkan tahtanya kepada suaminya Raden Toyib.
Silsilah Ratu Kalinyamat
Ada beberapa versi cerita mengenai siapa sebenarnya Kanjeng Ratu Kalinyamat. Menurut babad tanah jawi edisi Meinsma, Ratu kalinyamat adalah seorang putri pangeran Trenggono dan cucu Raden patah, Sultan Demak yang pertama.
Dari perkawinannya dengan putrid cina Cina, Raden patah mempunyai enam anak. Yang paling seorang putri, Ratu Mas kawin dengan pangeranCirebon. Adik-adiknya berjumlah lima orang semunya laki-laki, masing-masing pangeran Sabrang Lor, Pangeran Sedo Lepen, Pangeran Trenggono, Raden Kanduruwan dan Raden Pamekas.
Siapa nama sebenarnya Kanjeng ratu kalinyamat ini , ada beberapa yang mencoba di hubungkan. Naskah Hikayat Hasanuddin dari banten menyebutnya dengan julukan Arya Jepara. Sumber lain menyebutkan ia bernama asli Ratu Kencana sementara juru kunci makam menuturkan bahwa nama aslinya ialah Raden Ayu Wuryani
Kekuasaan Pemerintahan Sultan Hadlirin
Begitulsh akhirnya Raden Toyib diberi gelar Sultan Hadlirin dan menjadi adipati Jepara sekaligus merupakan pengampu putra mahkota Aria Pangiri yang belum dewasa. Penobatan tersebut kira-kira terjadi pada tahun 1536 dan tetap menjadikan Kalinyamat sebagai pusat pemerintahan. Kekuasaannya meliputi negeri Jepara, Pati, Rembang dan Juana.
Setelah penobatan suaminya lebih bersifat pendamping.saja. hampir semua urusan pemerintahan di serahkan kepada Sultan Hadlirin, bahkan Patih Cie Wie Gwan (ayah angkat sewaktu di Tiongkok) kini diundang oleh Sultan Hadlirin untuk dating ke Jepara, dan akhirnya diangkat sebagai patih kerajaan guna membantu pemerintahan Sultan Hadlirin.
Menikah Dengan Putri Sunan Kudus
Tahun demi tahun berlalu, pemerintahan Sultan Hadlirin dengan di dampingi oleh istrinya dengangaya kepemimpinan yang adil dan bijaksana berjalan sangat maju dan pesat. Bahkan Bandar Jepara menjadi semakin ramai saja. Namun setelah lama perkawinannya dengan Ratu Kalinyamat Sultan Hadlirin belum jua di di beri momongan. Hingga Sultan mengambil anak dari Sultan Hasanuddin dari banten yang bernama Dewi Wuryan Retnowati sebagai anak angkatnya. Sayang putri angkatnya meninggal sebelum usia baligh.
Perasaan Kanjeng Ratu sangat gelisah sepeninggal putri angkatnya karena sampai saat itu belum jua di kasih keturunan, hal itu beralasan kuat mengingat kekuasaannya sangat luas. Jika belum jua di kasih lantas siapa yang meneruskan ketahtaannya itu ? di dorong dengan kegelisahan tersebut Kanjeng Ratu berupaya mencari jalan keluar pemecahannya. Setelah berpikir-pikir lama akhirnya sultan di perbolehkan menikah lagi. Dan di putuskan sultan Hadlirin menikah dengan putrid sunan kudus bernama Raden Ayu Pridobinabar, perkawinan tersebut seakan-akan mengabungkan dua kekuasaan antara Jepara dan Kudus. Konon semua urusan berkaitan dengan pernikahan Sultan Hadlirin dengan Putri sunan Kudus di Urus oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat
.
Wafatnya Sultan Hadlirin
Ada dua penuturunan cerita tentang kematian Sultan Hadlirin meski kedua penuturunan itu menyatakan Arya Jipang atau Arya Penangsang yang membunuhlah Sultan Hadlirin.
Versi Pertama
Penuturan yang pertama mencoba menghubungkan pembunuhan dengan krisis perebutan tahta di Demak Bintoro. Sehingga dalam penyebab kematian tersebut bebrbau politik.
Ketika Demak terjadi krisis hebat dalam perebutan tahta kerajaan, konon kekuasaan Sultan semakin memuncak. Setelah Raden Patah meninggal yang disusul pula dengan Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II, tahta kerajaan harusnya berpindah tangan ke adiknya yang paling tua yaitu Pangeran Seda Lepen. Namun ia harus juga meninggal setelah di bunuh oleh Sunan Prawoto yang nampaknya telah mengincar tahta kerajaan Demak. Karena pembunuhan tersebut tahta kerajaan jatuh ke tangan Pangeran Trenggana ayah Sunan Prawoto.
Setelah Pangeran meninggal cita-cita Sunan Prawoto tercapai, ia menjadi pewaris tahta kerajaan Demak. Namun Arya Penangsang menjadi geram karena pembunuh ayahnya menjadi malah muncul sebagai Sultan Demak. Bahkan ia menuntut haknya sebagai pewaris kesultanan Demak yang sah. Maka Arya Penangsang menyuruh abdinya yang bernama Rangkut untuk membunuh Sunan Prawoto. Usaha tersebut berhasil, tapi kekuasaan dan kekayaan jatuh ketangan Sultan Hadlirin yang sekaligus mendapat hak menjadi pengampu Arya Pangiri, putra mahkota kerajaan Demak hingga dewasa. 
Hal itu bisa terjadi karena istri Sultan Hadlirin adalah kakaknya Sunan Prawoto. Tentu saja Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin meminta keadilan kepada Sunan Kudus atas perbuatan murid nya Arya Penangsang kepada Sunan Prawoto. Tapi Sunan Kudus membenarkan perbuatan Arya Penangsang malah ia berkata “kakamu telah hutang pati pada Arya Penangsang oleh karenanya kakakmu bagaikan membayar hutang saja”. Kanjeng Ratu menjadi kecewa atas perkataan Sunan Kudus dan ia segera pulang bersama suaminya. Namun di tengah perjalanan itu ia dihadang oleh utusan Arya Penangsang yang memang di tugaskan untuk mencegatnya dan suaminya. Dalam pencegatan itulah akhirnya Sultan Hadlirin berhasil dibunuh oleh utusan Arya Penangsang dengan Keris Setan Kober. Hal itu terjadi kira-kira tahun 1471 tahun Jawa atau 1549 M.
Versi Kedua
Sebuah penuturan hikayat menyatakan bahwa Sultan Hadlirin ikut andil dalam pembanguna masjid menara Kudus. Konon sebelum pembangunan masjid, Sunan Kudus mengumpulkan segenap keluarganya dan pembantunya, Sunan Kudus membagi tugas dalam permusywaratan ternyata Sultan mendapat tugas untuk membuat mihrab masjid. Segera diputuskan pula bahwa masjid harus jadi pada hari Jum’at Wage. 
Seluruh bagian-bagian masjid harus terkumpul, entah kenapa pada hari itu Sultan tidak hadir ke lokasi pendirian masjid. Sunan kudus masih bersabar ia berpikir barangkali ada urusan mendadak sehingga Sultan tak bias hadir. Singkat cerita setelah lama belum munculakhirnya tiba-tiba Sultan muncul. Tentu saja Sunan Mau memarahinya, malah ia langsung kebelakang masjid. Dalam hati Sunan Kudus merasa heran mau apa menantunya itu. Sunan terus mengamati ia semakin heran melihat sultan Hadlirin memunguti daun-daun pisang yang telah kering (jawa=klaras) dan mengikat dengan talu pada tiang-tiang yang dipancangkan pada tempat mihrab. Memdadak Sunan mendengar gelegar cambuk tiga kali, mendadak terkejut sebab yang tadinya hanya sekumpulan klaras yang di ikat telah berubah menjadi sebuah tembok yang kuat. 
Tanpa bertele Sultan pergi tanpa berpamitan dan langsung kembali ke Jepara. Segera sepeninggal Sultan tiba-tiba telah berdiri dengan megahnya. Tentu saja membuat perasaan Sunan menjadi marah dan geram ia mnendang mihrab itu, konon Sunan sampai terjengkang jengkang. Ia merasa Sultan pamer kesaktian di depannya. Ia merasa di remehkan dan di hina, akhirnya ia memanggil Arya Penangsang dan menuruh untuk membunuh Sultan Hadilrin. 
Padahal Arya Penangsang sendiri merasa takut dan gentar mengdapi Sultan Hadlirin. Maka ia memrintahkan abdinya yang bernama Ki Rangkud dengan di bekali Keris Setan Kober dan menyuruh untuk membunuh sultan dan langsung mengejar sultan. Setelah terkejar abdinya merasa gemetar untuk menghadapi sultan. Sultan merasa terkejut ada orang yang menghadangnya, ia bertanya apa sebenarnya yang di inginkannya, karena takut abdi itu berterus terang bahwa dia di utus untuk membunuh nya. Sungguh heran, Sultan Hadlirin tak sedikit pun marah. Bahkan seakan-akan ia sudah tahu ajalnya telah tiba. Ia menyuruh segera abdinya untuk melaksanakan tugasnya. Akhirnya sultan berhasil di bunuh.
Ratu kalinyamat Bertapa
Tahun inin adalah tahun yang berkabung. Betapa tida dua orang yang dicintainya suaminya kakaknya suami yang terkasih harus meninggalkan dia. Peristiwa tersebut membuat Kanjeng Ratu sangat tertekan dan nelangsa. Maka didoronglah oleh kesedihannya yang berat, ia bersumpah akan terus bertapa sampai Arya Penangsang terbunuh.
Dalam pertapaan Kanjeng ratu menjalankan tirakat “Topo Wudo” atau telanjang. Ini naskah ‘Babad Tanah Jawi’ yang dituturkan dalam rakitan tembang Pangkur yang sangat memikat.
“Nimas Ratu Kalinyamat
Tilar pura mratapa aneng wukir
Tapa wuda sinjang rambut
Apane wukir Donorojo
Aprasapa nora tapih-tapihan angsun
Yen tan antuk adiling hyang
Patine sedulur mani’
Artinya :
“Nimas Ratu Kalinyamat
Meninggalkan istana bertapa di gunung
Bartapa telanjang berkain rambut
Di gunung Donorojo
Bersumpah tidak (akan) sekali-kali
Memakai pakain aku
Jika tidak memperoleh keadilan Tuhan
(atas) meninggalnya saudaraku’
Ungkapan bahwa Ratu kalinyamat bertapa “dengan telanjang” dan berkain rambut haruslah di beri penafsiran dan di artikan apa adanya. Perkataan ‘wuda” dalam bahasa jawa tidah hanya telanjang. Akan tetapi bisa kiasan “tidak mengenakan perhiasaan yang bagus-bagus dan pakain yang indah-indah.
Kepergian Kanjeng Ratu membuat suasana geger keratin. Tak urung Adpati pajang, Prabu Hadiwijaya bersama Ki Pamahan dan Ki Panjawi melacak dan mencari kemana perginya Kanjeng Ratu Kalinyamat untuk bertapa. Sebenarnya keberadaan tempat pertapaan Kanjeng Ratu tidak jauh dari keratin hanya berjarak beberapa maeter kea rah timur dari pesanggrahan. Apalagi letaknya juga berada di pinggir sungai sehingga cocok untuk bertirakat. Tempat itu sampai sekarang di sebut dengan nama “Gilang” berasal dari kata gilang-gilang atau luas. Bahkan masih di temukan batu bekas alas Ratu untuk Sholat dan Wudlu.
 Adipati Hadiwijaya akhirnya menyusul ke tempat Pertapaannya Ratu dan membujuk Ratu untuk kembali ke keratin, namun tekad Ratu sudah bulat ia tak kan pulang sebelum Arya penangsang mati terbunuh. Bahkan Ratu berpindah tempat tapa ke Gunung Donorojo (Donoroso) kembali Adipati Hadiwijaya menyusul dan membujuk agar turun dari pertapaannya namun kembali Kanjeng ratu menolaknya. Dalam kesempatan itu Ratu meminta untuk membunuh Arya Penangsang aka tetapi Adipati Pajang menolak. 
Tapi  Berkat desakan Ki Pamanahan dan Ki Panjawi yang telah di kasih arahan oleh Sunan Kalijogo  Adipati Hadiwijaya akhirnya mau melakukannya.
Malam harinya bersama Ki Pamanahan, Ki panjawi dan Ki Juru Mertani berunding mangatur siasat. Akhirnya Adipati Hadiwijaya membuat sayembara “Barng siapa yang berani membunuh Arya Penangsang Sultan Pajang akan memberi hadiah negeri Pati dan Mataram. Tak seorang pun berani untuk menyanggupi maju melawan Arya Penangsang. Kemabali mereka berunding dan akhirnya diutuslah Danang Sutowijoyolah yang maju menghadapi Arya penangsang. Setelah strategi di rencanakan dengan matang berangkat lah Danang Sutowijoyo yang di bekali dengan tombak yang sakti bernama Kyai Pleret, bersama Ki Pamanahan, Ki Panjawi, Ki Juru Mertani serta kurang lebih 200 orang kea rah bengawan Caket dan bersiap menghadang Arya Penangsang.
Alkisah Ki Pamanhan mendekati penyabit rumput yang biasa memberi makan kuda-kuda milki Aryo Penangsang. Telinga penyabit rumput itu di potong dan sebuah surat tantangan di gantungkan pada bekas potongan telinga itu. Penyabit itupun dengan mengerang-erang krsakitan berlari kerumah tuannya. Setelah sampai di pintu gerbang istana Ki Mataun, Patih negeri Jipang terkejut. Ia membayangkan Gustinya pasti akan marah bila mengetahuinya. Karena itulah ia melarangnya menghadap Aryo penangsang.
Waktu itu Aryo Penangsang sedang makan. Ia mendengar keributan di luar, ia memanggil Ki Mataun dan menanyai sebab keributan di luar. Sat itu juga Aryo Penangsang melihat abdinya berlumuran darah. Maksud dari surat itu adalah Jika benar-benar kamu laki-laki,ayo berperang tanding tanpa bala tentara menyeberanglah ke barat Bengawan aku tunggu sekarang”
Dengan tergesa-gesa dan muka yang merah Aryo Penangsang langsung menunggangi si Gagak Rimang(kuda kebanggannya). Maka langsunglah Aryo Penangsang langsung berangkat tanpa bala tentaranya. Setelah sampai di Bengawan Sore-Coket, konon masyarakat disitu beranggapan bila ingin berperang tapi melewati Bengawan Coket akan memui kesialan. Benar anggapan masyarakat itu terjadi setelah Gagak Rimang melihat kuda berwarna putih bersih mendadak timbl birahinya. Ia segera melonjak-lonjak tanpa bisa lagi dikendalikan oleh tuannya. 
Ketika ia masih berusaha mengendalikan kuda banal yang dibakar birahi tersebut, Danang Sutawijaya berhasil menikam Arya Penangsaang dengan kyai Pleretnya itu. Usus Arya pun terburai keluar, namun usaha tersebut nampaknya belum juga berhasil bahkan usunya yang terurai itu sisampirkan ke hulu kerisnya. Gagak Rimang memang banal ia terus mengejar kuda putih Danang Sutawijaya yang memang di bawa menjauh. Setelah berhasil mengejar Danang Sutawijaya ia bermaksud mencabut keris pusaka setan kober miliknya, ia betul-betul lupa bahwa ususnya masih menyangkut di hulu kerisnya. 
Maka terputuslah usunya yang terburai dengan bersamaan tercabutnya setan kober dari rangkanya. Maka tewaslah Aryo Penangsang dengan mengenaskan dan tragis.
Penobatan Ratu kalinyamat
Setelah kematian suminya yang menjadi Adipati Jepara tanpa meninggalkan putra yang menjadi penggantinya. Dan setelah selesai pertapaannya dinobatkanlah Kanjeng ratu Kalinyamat sebagai ratu di Jepara. Pentasbian ini terjadi dengan di tandainya Surya Sengkala : “Trus Karya Tataning Bumi” atau kira-kira tahun 1549 M dengan dugaan tanggal 12 Rabi’ulAwal.
Ratu Kalinyamat merupakan seorang kepala keperintahan yang cakap dan di segani. Bahkan sumber sejarah Portugis De Couto dalam bukunya yang terkenal “Da Asia” menyebutkan Ratu Kalinyamat “Rainha de jepara senhora ponderosa e rica”. Artinya Raja jepara, seorang perempuan yang kaya dan mempunyai kekuasaan besar. Kebesaran dan kehebatan kekuasaan Ratu Kalinyamat dapat di lihat dari serangan yang di lakukan ketika ia masih berkuasa. Pada tahun 1550 yang kemudian di ulanginya 1574 ia menyerang orang Portugis di Malaka.
Bedhahe Kalinyamat
Bagaimapun besar dan kuatnya Ratu Kalinyamat ia tetaplah manusia biasa yang tak luput dari takdir illahi. Ia adalah manusia biasa yang suatu saat harus kembali memenuhi panggilan Tuhanya. Sayangnya tahun berapa dank arena peristiwa apa kemangkatan Ratu ini tak di ketahui secara pasti. Tak ada sumber yang menyebutkan tak ada peningggalan yang dapat di buktikan. Bahkan karyaikarya tulisan Jawa pun tak satupun mencantumkanperistiwa ini. Adasementara kemungkinan yang mengatakan bahwa Kanjeng ratu Kalinyamat baru saja meninggal tahun 1579 M. 
Demikian juga dengan penerus kerajaan kalinyamat setelah kemangkatan beliau. 
Siapakah penggantinya?
Bagaimana kepemimpinannya? 
Tak satupun sumber-sumber otentik yang menyebutkannya.
Sementara anggapan di kalangan para sejarawaan, bahwa kedudukan ratu Kalinyamat digantikan oleh sultan Hasanuddin dari Banten yang tergolong masih keponakan sekaligus sebagai anak anggkatnya. Menurut versi ini, anak angkat ini bergelar Pangeran Jepara. Sayang, pada masa pemerintahan Pangerang Jepara ini terjadi pemberontakan di Pajang oleh Mataram yang berakhir dengan kekalahan pihak Pajang. Sehinnga pemberontakan ini terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Pajang.
Dua belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara di serang bala tentara Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung serangan Mataram yang dahsyat. Maka tak ayal lagi, Kerajaan Jepara bernasib serupa dengan Pajang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1599 M yang meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Kalinyamat yang di kenal dengan ssebutan Bedhahe Kalinyamat.
 ‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar