Sosok Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat memang tak asing bagi rakyat
Jepara. Nah sekarang tahukah anda siapa Sultan Hadlirin dan Ratu
Kalinyamat ? pertanyaan ini memang terdengar agak lucu tapi jika anda
merasa orang jepara tapi tak tahu sejarahnya mungkin terdengar sangat
lucu dan aneh ! nah berikut sejarahnya.
Sultan Hadlirin adalah gelar dari Kerajaan Demak kepada Sultan Kerajaan
Kalinyamat yang bernama Toyib. Beliau di beri gelar Sultan Hadlirin
karena beliau adalah pendatang yang hadir ke Jepara untuk menyebarkan
Agama Islam. Sultan Hadliri mempunyai Istri yang berasal dari Kearajaan
Demak yaitu Putri Sultan Trenggono yang bernama Retna Kencana yang
mempunyai gelar Ratu Kalinyamat.
Nama dan Gelar
Pangeran Toyib memiliki beberapa nama dan gelar, yaitu
1- Sunan Hadiri, yang artinya Ulama Pendatang (Gelar Keagaman); Karena menjadi penyebar agama Islam di Jepara.
2- Sultan Hadlirin, yang artinya Raja Pendatang (Gelar Kesultanan); Karena menjadi sultan pertama di Jepara.
3- Pangeran Kalinyamat, (Gelar Tokoh Masyarakat); Karena sebagai pendiri Kota Kalinyamat.
Sejarah dan Asal Usul Sultan Hadlirin
Sebenarnya Sultan Hadlirin bukan asli orang Jepara melainkan orang
aceh.semasa kecilnya sultan Hadlirin bernama Raden Toyib. Beliau
merupakan putra dari raja yang berkuasa di wilayah aceh yang bernama
Syech Mukhayyat Syah. Raden Toyib memilki kakak bernama Raden Takyim.
Perbedaan yang mencolok dari Raden Takyim dan Toyib adalah Raden Takyim
suka berfoya-foya, malas serta bermewah-mewahan sedangkan raden Toyib
lebih memilih mempelajari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tata
pemerintahan.
Setelah Syech Mukhayyat syah merasa dirinya telah uzur dan lanjut usia
beliau bermaksud mengankat Raden Toyib sebagai seorang sultan, karena
kecakapannya dan ketekunananya mempelajari ilmu-ilmu pemerintahan
meskipun yang lebih berhak menjadi sultan adalah kakaknya Raden Takyim.
Karena pengangkatan raden Toyib sebagai sultan menimbulkan konflik baru,
maka ketika mengetahui masalah tersebut raden Toyib dengan suka rela
menyerahkan tahtanya kepada raden Takyim, karena sebenarnya Raden Toyib
tidak mementingkan jabatan seorang sultan hanya saja atas desakan
ayahandanya beliau mau menerima jabatan itu.
Begitulah akhirnya raden Toyib pergi mengembara dengan bantuan kapal
para pedagang ia berhasil keluar dan mengarungi lautan luas tanpa tujuan
yang pasti, kecuali satu niat untuk menegmbangkan agama islam.
Konon beliau terdampar di daratan Tiongkok. Bahkan kebetulan sekali
raden Toyib diangkat anak oleh seorang patih Tionghoa yang bernama Cie
Wie Gwan. Karena loghatnya orang cina dibut namanya dengan Toyab.
Singkat cerita setelah 5 tahun tinggal di di rumah patih Cie Wie Gwan,
Raden Toyib mengembara lagi. Akhirnya beliau terdampar di pelabuhan
pesisir pantai utara yang bernama Bandar Jepara. Saat itu Bandar Jepara
merupakan pelabuhan perdagangan yang sudah ramai. Sebab ia merupakan
salah satu dari delapan buah kerajaan yang merdeka di Jawa dan Madura.
Masing-masing Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura dan
Kalinyamat.sehinnga Bandar jepara merupakan garis pelayaran dan
perdagangan negeri malaka.
Konon untuk menyebarkan agama islam beliau menyamar dengan memakai
pakaian ala kadarnya. Karena keramahannya dalam menyiarkan agama islam
banyak orang tanpa terasa telah berubah keyakinannya dari agama Hindu
Budha beralih kepada ke taukhid Islam yang bawa Raden Toyib.
Beberapa lamanya tinggal di Jepara tiba-tiba tanpa suatu alasan yang
pasti Raden Toyib ingin mengbdikan dirinya ke kerajaan Kalinyamat yang
menguasai Jepara saat itu. Setibanya di kraton kepada penjaga istana
dengan terus terang Raden Toyib menyampaikan maksudnya ingin menghadap
kanjeng Ratu kalinyamat. Permintaan tersebut di kabulkan dan akhirnya
kanjeng Ratu Kalinyamat memberi pekerjaan sebagai tukang kebon.
Pada suatu hari kanjeng ratu berkenan memeriksa kerajaannya. Tiba-tiba
hati kanjeng Ratu berdebar-debar beliau merasa raden Toyib bukan manusia
biasa. Kangjeng Ratu langsung menyai asal-usulnya, Raden Toyib tidak
mau mengaku ia langsung di masukkan ke dalam penjara. Entah mengapa
Raden toyib mau menceritakan asal usulnya kepada kanjeng ratu. Hati
kanjeng ratu menjadi berdebar-debar untuk kedua kalinya, kanjeng ingat
ramalan mendiang ayahnya tentang jodohnya yang bukan bersal dari
kalangan mayrakat pribumi Jawa melainkan negeri seberang.
Karena Raden Toyib adalah seorang anak muda yang gagah perkasa tampan
rupawan, hati Ratu kalinyamat tak karuan hati wanita mana yang tak
menolak raden Toyib. Ia merasa bukan mustahil Raden Toyib adalah
jodohnya. Hingga akhirnya Ratu kalinyamat meminta Raden Toyib untuk
menikahinya. Setelah menikah Ratu Kainyamat menyerahkan tahtanya kepada
suaminya Raden Toyib.
Silsilah Ratu Kalinyamat
Ada beberapa versi cerita mengenai siapa sebenarnya Kanjeng Ratu
Kalinyamat. Menurut babad tanah jawi edisi Meinsma, Ratu kalinyamat
adalah seorang putri pangeran Trenggono dan cucu Raden patah, Sultan
Demak yang pertama.
Dari perkawinannya dengan putrid cina Cina, Raden patah mempunyai enam
anak. Yang paling seorang putri, Ratu Mas kawin dengan pangeranCirebon.
Adik-adiknya berjumlah lima orang semunya laki-laki, masing-masing
pangeran Sabrang Lor, Pangeran Sedo Lepen, Pangeran Trenggono, Raden
Kanduruwan dan Raden Pamekas.
Siapa nama sebenarnya Kanjeng ratu kalinyamat ini , ada beberapa yang
mencoba di hubungkan. Naskah Hikayat Hasanuddin dari banten menyebutnya
dengan julukan Arya Jepara. Sumber lain menyebutkan ia bernama asli Ratu
Kencana sementara juru kunci makam menuturkan bahwa nama aslinya ialah
Raden Ayu Wuryani
Kekuasaan Pemerintahan Sultan Hadlirin
Begitulsh akhirnya Raden Toyib diberi gelar Sultan Hadlirin dan menjadi
adipati Jepara sekaligus merupakan pengampu putra mahkota Aria Pangiri
yang belum dewasa. Penobatan tersebut kira-kira terjadi pada tahun 1536
dan tetap menjadikan Kalinyamat sebagai pusat pemerintahan. Kekuasaannya
meliputi negeri Jepara, Pati, Rembang dan Juana.
Setelah penobatan suaminya lebih bersifat pendamping.saja. hampir semua
urusan pemerintahan di serahkan kepada Sultan Hadlirin, bahkan Patih Cie
Wie Gwan (ayah angkat sewaktu di Tiongkok) kini diundang oleh Sultan
Hadlirin untuk dating ke Jepara, dan akhirnya diangkat sebagai patih
kerajaan guna membantu pemerintahan Sultan Hadlirin.
Menikah Dengan Putri Sunan Kudus
Tahun demi tahun berlalu, pemerintahan Sultan Hadlirin dengan di
dampingi oleh istrinya dengangaya kepemimpinan yang adil dan bijaksana
berjalan sangat maju dan pesat. Bahkan Bandar Jepara menjadi semakin
ramai saja. Namun setelah lama perkawinannya dengan Ratu Kalinyamat
Sultan Hadlirin belum jua di di beri momongan. Hingga Sultan mengambil
anak dari Sultan Hasanuddin dari banten yang bernama Dewi Wuryan
Retnowati sebagai anak angkatnya. Sayang putri angkatnya meninggal
sebelum usia baligh.
Perasaan Kanjeng Ratu sangat gelisah sepeninggal putri angkatnya karena
sampai saat itu belum jua di kasih keturunan, hal itu beralasan kuat
mengingat kekuasaannya sangat luas. Jika belum jua di kasih lantas siapa
yang meneruskan ketahtaannya itu ? di dorong dengan kegelisahan
tersebut Kanjeng Ratu berupaya mencari jalan keluar pemecahannya.
Setelah berpikir-pikir lama akhirnya sultan di perbolehkan menikah lagi.
Dan di putuskan sultan Hadlirin menikah dengan putrid sunan kudus
bernama Raden Ayu Pridobinabar, perkawinan tersebut seakan-akan
mengabungkan dua kekuasaan antara Jepara dan Kudus. Konon semua urusan
berkaitan dengan pernikahan Sultan Hadlirin dengan Putri sunan Kudus di
Urus oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat
.
Wafatnya Sultan Hadlirin
Ada dua penuturunan cerita tentang kematian Sultan Hadlirin meski kedua
penuturunan itu menyatakan Arya Jipang atau Arya Penangsang yang
membunuhlah Sultan Hadlirin.
Versi Pertama
Penuturan yang pertama mencoba menghubungkan pembunuhan dengan krisis
perebutan tahta di Demak Bintoro. Sehingga dalam penyebab kematian
tersebut bebrbau politik.
Ketika Demak terjadi krisis hebat dalam perebutan tahta kerajaan, konon
kekuasaan Sultan semakin memuncak. Setelah Raden Patah meninggal yang
disusul pula dengan Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II, tahta
kerajaan harusnya berpindah tangan ke adiknya yang paling tua yaitu
Pangeran Seda Lepen. Namun ia harus juga meninggal setelah di bunuh oleh
Sunan Prawoto yang nampaknya telah mengincar tahta kerajaan Demak.
Karena pembunuhan tersebut tahta kerajaan jatuh ke tangan Pangeran
Trenggana ayah Sunan Prawoto.
Setelah Pangeran meninggal cita-cita Sunan Prawoto tercapai, ia menjadi
pewaris tahta kerajaan Demak. Namun Arya Penangsang menjadi geram karena
pembunuh ayahnya menjadi malah muncul sebagai Sultan Demak. Bahkan ia
menuntut haknya sebagai pewaris kesultanan Demak yang sah. Maka Arya
Penangsang menyuruh abdinya yang bernama Rangkut untuk membunuh Sunan
Prawoto. Usaha tersebut berhasil, tapi kekuasaan dan kekayaan jatuh
ketangan Sultan Hadlirin yang sekaligus mendapat hak menjadi pengampu
Arya Pangiri, putra mahkota kerajaan Demak hingga dewasa.
Hal itu bisa terjadi karena istri Sultan Hadlirin adalah kakaknya Sunan
Prawoto. Tentu saja Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin meminta
keadilan kepada Sunan Kudus atas perbuatan murid nya Arya Penangsang
kepada Sunan Prawoto. Tapi Sunan Kudus membenarkan perbuatan Arya
Penangsang malah ia berkata “kakamu telah hutang pati pada Arya
Penangsang oleh karenanya kakakmu bagaikan membayar hutang saja”.
Kanjeng Ratu menjadi kecewa atas perkataan Sunan Kudus dan ia segera
pulang bersama suaminya. Namun di tengah perjalanan itu ia dihadang oleh
utusan Arya Penangsang yang memang di tugaskan untuk mencegatnya dan
suaminya. Dalam pencegatan itulah akhirnya Sultan Hadlirin berhasil
dibunuh oleh utusan Arya Penangsang dengan Keris Setan Kober. Hal itu
terjadi kira-kira tahun 1471 tahun Jawa atau 1549 M.
Versi Kedua
Sebuah penuturan hikayat menyatakan bahwa Sultan Hadlirin ikut andil
dalam pembanguna masjid menara Kudus. Konon sebelum pembangunan masjid,
Sunan Kudus mengumpulkan segenap keluarganya dan pembantunya, Sunan
Kudus membagi tugas dalam permusywaratan ternyata Sultan mendapat tugas
untuk membuat mihrab masjid. Segera diputuskan pula bahwa masjid harus
jadi pada hari Jum’at Wage.
Seluruh bagian-bagian masjid harus terkumpul, entah kenapa pada hari itu
Sultan tidak hadir ke lokasi pendirian masjid. Sunan kudus masih
bersabar ia berpikir barangkali ada urusan mendadak sehingga Sultan tak
bias hadir. Singkat cerita setelah lama belum munculakhirnya tiba-tiba
Sultan muncul. Tentu saja Sunan Mau memarahinya, malah ia langsung
kebelakang masjid. Dalam hati Sunan Kudus merasa heran mau apa
menantunya itu. Sunan terus mengamati ia semakin heran melihat sultan
Hadlirin memunguti daun-daun pisang yang telah kering (jawa=klaras) dan
mengikat dengan talu pada tiang-tiang yang dipancangkan pada tempat
mihrab. Memdadak Sunan mendengar gelegar cambuk tiga kali, mendadak
terkejut sebab yang tadinya hanya sekumpulan klaras yang di ikat telah
berubah menjadi sebuah tembok yang kuat.
Tanpa bertele Sultan pergi tanpa berpamitan dan langsung kembali ke
Jepara. Segera sepeninggal Sultan tiba-tiba telah berdiri dengan
megahnya. Tentu saja membuat perasaan Sunan menjadi marah dan geram ia
mnendang mihrab itu, konon Sunan sampai terjengkang jengkang. Ia merasa
Sultan pamer kesaktian di depannya. Ia merasa di remehkan dan di hina,
akhirnya ia memanggil Arya Penangsang dan menuruh untuk membunuh Sultan
Hadilrin.
Padahal Arya Penangsang sendiri merasa takut dan gentar mengdapi Sultan
Hadlirin. Maka ia memrintahkan abdinya yang bernama Ki Rangkud dengan di
bekali Keris Setan Kober dan menyuruh untuk membunuh sultan dan
langsung mengejar sultan. Setelah terkejar abdinya merasa gemetar untuk
menghadapi sultan. Sultan merasa terkejut ada orang yang menghadangnya,
ia bertanya apa sebenarnya yang di inginkannya, karena takut abdi itu
berterus terang bahwa dia di utus untuk membunuh nya. Sungguh heran,
Sultan Hadlirin tak sedikit pun marah. Bahkan seakan-akan ia sudah tahu
ajalnya telah tiba. Ia menyuruh segera abdinya untuk melaksanakan
tugasnya. Akhirnya sultan berhasil di bunuh.
Ratu kalinyamat Bertapa
Tahun inin adalah tahun yang berkabung. Betapa tida dua orang yang
dicintainya suaminya kakaknya suami yang terkasih harus meninggalkan
dia. Peristiwa tersebut membuat Kanjeng Ratu sangat tertekan dan
nelangsa. Maka didoronglah oleh kesedihannya yang berat, ia bersumpah
akan terus bertapa sampai Arya Penangsang terbunuh.
Dalam pertapaan Kanjeng ratu menjalankan tirakat “Topo Wudo” atau
telanjang. Ini naskah ‘Babad Tanah Jawi’ yang dituturkan dalam rakitan
tembang Pangkur yang sangat memikat.
“Nimas Ratu Kalinyamat
Tilar pura mratapa aneng wukir
Tapa wuda sinjang rambut
Apane wukir Donorojo
Aprasapa nora tapih-tapihan angsun
Yen tan antuk adiling hyang
Patine sedulur mani’
Artinya :
“Nimas Ratu Kalinyamat
Meninggalkan istana bertapa di gunung
Bartapa telanjang berkain rambut
Di gunung Donorojo
Bersumpah tidak (akan) sekali-kali
Memakai pakain aku
Jika tidak memperoleh keadilan Tuhan
(atas) meninggalnya saudaraku’
Ungkapan bahwa Ratu kalinyamat bertapa “dengan telanjang” dan berkain
rambut haruslah di beri penafsiran dan di artikan apa adanya. Perkataan
‘wuda” dalam bahasa jawa tidah hanya telanjang. Akan tetapi bisa kiasan
“tidak mengenakan perhiasaan yang bagus-bagus dan pakain yang
indah-indah.
Kepergian Kanjeng Ratu membuat suasana geger keratin. Tak urung Adpati
pajang, Prabu Hadiwijaya bersama Ki Pamahan dan Ki Panjawi melacak dan
mencari kemana perginya Kanjeng Ratu Kalinyamat untuk bertapa.
Sebenarnya keberadaan tempat pertapaan Kanjeng Ratu tidak jauh dari
keratin hanya berjarak beberapa maeter kea rah timur dari pesanggrahan.
Apalagi letaknya juga berada di pinggir sungai sehingga cocok untuk
bertirakat. Tempat itu sampai sekarang di sebut dengan nama “Gilang”
berasal dari kata gilang-gilang atau luas. Bahkan masih di temukan batu
bekas alas Ratu untuk Sholat dan Wudlu.
Adipati Hadiwijaya akhirnya menyusul ke tempat Pertapaannya Ratu dan
membujuk Ratu untuk kembali ke keratin, namun tekad Ratu sudah bulat ia
tak kan pulang sebelum Arya penangsang mati terbunuh. Bahkan Ratu
berpindah tempat tapa ke Gunung Donorojo (Donoroso) kembali Adipati
Hadiwijaya menyusul dan membujuk agar turun dari pertapaannya namun
kembali Kanjeng ratu menolaknya. Dalam kesempatan itu Ratu meminta untuk
membunuh Arya Penangsang aka tetapi Adipati Pajang menolak.
Tapi Berkat desakan Ki Pamanahan dan Ki Panjawi yang telah di kasih
arahan oleh Sunan Kalijogo Adipati Hadiwijaya akhirnya mau
melakukannya.
Malam harinya bersama Ki Pamanahan, Ki panjawi dan Ki Juru Mertani
berunding mangatur siasat. Akhirnya Adipati Hadiwijaya membuat sayembara
“Barng siapa yang berani membunuh Arya Penangsang Sultan Pajang akan
memberi hadiah negeri Pati dan Mataram. Tak seorang pun berani untuk
menyanggupi maju melawan Arya Penangsang. Kemabali mereka berunding dan
akhirnya diutuslah Danang Sutowijoyolah yang maju menghadapi Arya
penangsang. Setelah strategi di rencanakan dengan matang berangkat lah
Danang Sutowijoyo yang di bekali dengan tombak yang sakti bernama Kyai
Pleret, bersama Ki Pamanahan, Ki Panjawi, Ki Juru Mertani serta kurang
lebih 200 orang kea rah bengawan Caket dan bersiap menghadang Arya
Penangsang.
Alkisah Ki Pamanhan mendekati penyabit rumput yang biasa memberi makan
kuda-kuda milki Aryo Penangsang. Telinga penyabit rumput itu di potong
dan sebuah surat tantangan di gantungkan pada bekas potongan telinga
itu. Penyabit itupun dengan mengerang-erang krsakitan berlari kerumah
tuannya. Setelah sampai di pintu gerbang istana Ki Mataun, Patih negeri
Jipang terkejut. Ia membayangkan Gustinya pasti akan marah bila
mengetahuinya. Karena itulah ia melarangnya menghadap Aryo penangsang.
Waktu itu Aryo Penangsang sedang makan. Ia mendengar keributan di luar,
ia memanggil Ki Mataun dan menanyai sebab keributan di luar. Sat itu
juga Aryo Penangsang melihat abdinya berlumuran darah. Maksud dari surat
itu adalah Jika benar-benar kamu laki-laki,ayo berperang tanding tanpa
bala tentara menyeberanglah ke barat Bengawan aku tunggu sekarang”
Dengan tergesa-gesa dan muka yang merah Aryo Penangsang langsung
menunggangi si Gagak Rimang(kuda kebanggannya). Maka langsunglah Aryo
Penangsang langsung berangkat tanpa bala tentaranya. Setelah sampai di
Bengawan Sore-Coket, konon masyarakat disitu beranggapan bila ingin
berperang tapi melewati Bengawan Coket akan memui kesialan. Benar
anggapan masyarakat itu terjadi setelah Gagak Rimang melihat kuda
berwarna putih bersih mendadak timbl birahinya. Ia segera
melonjak-lonjak tanpa bisa lagi dikendalikan oleh tuannya.
Ketika ia masih berusaha mengendalikan kuda banal yang dibakar birahi
tersebut, Danang Sutawijaya berhasil menikam Arya Penangsaang dengan
kyai Pleretnya itu. Usus Arya pun terburai keluar, namun usaha tersebut
nampaknya belum juga berhasil bahkan usunya yang terurai itu sisampirkan
ke hulu kerisnya. Gagak Rimang memang banal ia terus mengejar kuda
putih Danang Sutawijaya yang memang di bawa menjauh. Setelah berhasil
mengejar Danang Sutawijaya ia bermaksud mencabut keris pusaka setan
kober miliknya, ia betul-betul lupa bahwa ususnya masih menyangkut di
hulu kerisnya.
Maka terputuslah usunya yang terburai dengan bersamaan tercabutnya setan
kober dari rangkanya. Maka tewaslah Aryo Penangsang dengan mengenaskan
dan tragis.
Penobatan Ratu kalinyamat
Setelah kematian suminya yang menjadi Adipati Jepara tanpa meninggalkan
putra yang menjadi penggantinya. Dan setelah selesai pertapaannya
dinobatkanlah Kanjeng ratu Kalinyamat sebagai ratu di Jepara. Pentasbian
ini terjadi dengan di tandainya Surya Sengkala : “Trus Karya Tataning
Bumi” atau kira-kira tahun 1549 M dengan dugaan tanggal 12 Rabi’ulAwal.
Ratu Kalinyamat merupakan seorang kepala keperintahan yang cakap dan di
segani. Bahkan sumber sejarah Portugis De Couto dalam bukunya yang
terkenal “Da Asia” menyebutkan Ratu Kalinyamat “Rainha de jepara senhora
ponderosa e rica”. Artinya Raja jepara, seorang perempuan yang kaya dan
mempunyai kekuasaan besar. Kebesaran dan kehebatan kekuasaan Ratu
Kalinyamat dapat di lihat dari serangan yang di lakukan ketika ia masih
berkuasa. Pada tahun 1550 yang kemudian di ulanginya 1574 ia menyerang
orang Portugis di Malaka.
Bedhahe Kalinyamat
Bagaimapun besar dan kuatnya Ratu Kalinyamat ia tetaplah manusia biasa
yang tak luput dari takdir illahi. Ia adalah manusia biasa yang suatu
saat harus kembali memenuhi panggilan Tuhanya. Sayangnya tahun berapa
dank arena peristiwa apa kemangkatan Ratu ini tak di ketahui secara
pasti. Tak ada sumber yang menyebutkan tak ada peningggalan yang dapat
di buktikan. Bahkan karyaikarya tulisan Jawa pun tak satupun
mencantumkanperistiwa ini. Adasementara kemungkinan yang mengatakan
bahwa Kanjeng ratu Kalinyamat baru saja meninggal tahun 1579 M.
Demikian juga dengan penerus kerajaan kalinyamat setelah kemangkatan beliau.
Siapakah penggantinya?
Bagaimana kepemimpinannya?
Tak satupun sumber-sumber otentik yang menyebutkannya.
Sementara anggapan di kalangan para sejarawaan, bahwa kedudukan ratu
Kalinyamat digantikan oleh sultan Hasanuddin dari Banten yang tergolong
masih keponakan sekaligus sebagai anak anggkatnya. Menurut versi ini,
anak angkat ini bergelar Pangeran Jepara. Sayang, pada masa pemerintahan
Pangerang Jepara ini terjadi pemberontakan di Pajang oleh Mataram yang
berakhir dengan kekalahan pihak Pajang. Sehinnga pemberontakan ini
terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan keruntuhan Kesultanan Pajang.
Dua belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara di serang bala tentara
Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung serangan Mataram
yang dahsyat. Maka tak ayal lagi, Kerajaan Jepara bernasib serupa dengan
Pajang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1599 M yang meruntuhkan
kekuasaan Kerajaan Kalinyamat yang di kenal dengan ssebutan Bedhahe
Kalinyamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar